Era Layar Bahayakan Mata & Jiwa Anak

Seiring dengan perkembangan zaman, anak-anak kini tumbuh dan berkembang di era layar. Anak-anak terbiasa di depan layar seperti layar TV, VCD, PS, Intenet dan HP. Para orang tua tidak menyadari dampak era layar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak belajar melalui 3 cara, yaitu secara visual, auditorial, dan kinestetik yang kemudian disebut sebagai modalitas. Mata merupakan komponen penting modalitas visual. Mata anak adalah jendela kecerdasan mereka. Mata yang sehat membuat setiap proses belajar anak semakin optimal.

Orang tua memiliki peran cukup besar dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Tuntutan ekonomi di zaman sekarang ini membuat orang tua harus bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Alhasil, waktu bersama anak-anak pun berkurang karena kesibukan bekerja.

Kini, kita memasuki era layar dimana anak semakin terbiasa di hadapan TV, internet, video games bahkan HP. Manfaatnya tentu agar anak tidak ketinggalan zaman dan dapat menggunakan teknologi yang terbaru.

Yayasan Pemerhati Media Anak (YPMA) pada tahun 2002 menemukan bahwa Anak-anak yang ditinggal bekerja atau tidak, memiliki kebiasaan menonton TV rata-rata 5-6 jam sehari atau 1560-1820 jam/tahun, padahal belajar di Sekolah Dasar hanya 1000 jam/tahun.

Ternyata TV bukan satu-satunya layar yang dilihat anak. Hasil penelitian YPMA menunjukkan bahwa anak-anak juga sering bermain Play Station selama rata-rata 10 jam/minggu. Belum lagi, waktu yang dihabiskan anak-anak di depan HP dan layar komputer untuk internet.

Dampak Era Layar Terhadap Anak

Teknologi era layar memiliki dampak terhadap seorang anak dalam mempengaruhi otak, mata, dan jiwa serta perilakunya. Orang tua harus mempertimbangkan dan memperhitungkan manfaat serta pengaruh teknologi era layar terhadap anak.

Salah satu dampak dari gelombang sinar yang dipancarkan oleh layar adalah suatu sifat addict dari si anak dalam menonton, hal ini dikemukaan dalam The Child Obesity Summit 2005 bahwa iklan TV merupakan kontributor utama obesitas pada anak-anak.

Dalam media edukasi yang diselenggarakan di Le Meridien Hotel, 28 November 2007 lalu, Elly Risman Musa, S. Psi, seorang psikolog anak dan Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati menuturkan, “Anak lebih membutuhkan bergerak, membaca, bermain lumpur dan membangun imajinasi anak. TV membuat anak duduk diam sehingga anak menjadi pasif.”

Penelitian yang dilakukan oleh University of Washington menunjukkan bahwa pemaparan TV yang dilakukan anak-anak di usia akan mempengaruhi perhatian anak-anak di kemudian hari.

dr. Hardiono D Pusponegoro, Sp.A (K) dokter spesialis anak konsultan bidang neurologi dari RSCM Jakarta mengutip sebuah penelitian dampak menonton TV pada anak-anak usia di bawah 3 tahun dan anak usia 3-5 tahun.

Dalam penelitian tersebut, anak di bawah 3 tahun melihat layar kaca rata-rata 2 jam sehari dan anak 3-5 tahun rata-rata 3 jam sehari. Setelah anak berusia 6-7 tahun dilakukan penilaian kembali. Penelitian tersebut menunjukkan, pada anak di bawah 3 tahun terjadi penurunan kemampuan membaca, membaca komprehensif dan penurunan memori. Sebaliknya pada anak usia 3-5 tahun, memiliki kemampuan membaca yang lebih baik.

Lebih lanjut, dr. Hardiono yang akrab disapa dr Yoni ini menambahkan,”dengan hanya menonton TV saja, otak kehilangan kesempatan mendapatkan stimulasi dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu, TV bersifat satu arah, sehingga membuat anak kurang mengeksplorasikan dunia 3 dimensi dan kehilangan peluang mencapai tahapan perkembangan yang baik.

Ancaman Sinar Biru
Salah satu sinar yang dipancarkan perangkat teknologi layar adalah sinar biru. Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang cahaya 400-500 nm yang dapat berpotensi memicu terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan luka fotokimia pada retina anak.

Sumber sinar biru yang paling dekat dengan anak-anak adalah pancaran sinar dari TV. Lensa anak masih peka dan belum dapat menyaring bahaya sinar biru. Karena itulah risiko terbesar kerusakan akibat sinar biru pada usia dini.

Lutein sebagai karotenoid alami dapat membantu melindungi mata anak yang masih peka dari bahaya sinar biru. Lutein dapat membantu melindungi mata dengan cara menyaring sinar biru dan juga berperan sebagai antioksidan dengan caa menetralisir radikal-radikal bebas.

“Tubuh tidak dapat mensintesa lutein, oleh karena itu kebutuhan lutein harus diambil dari sayuran, buah, suplemen dan terutama dalam ASI," ungkap dr. Yoni.

Lutein terdapat dalam sayuran hijau seperti bayam, brokoli dan kacang polong, jagung, kuning telur serta buah-buahan seperti kiwi dan melon.

Tugas Orang Tua
Orang tua harus mewaspadai bahaya sinar biru terhadap kesehatan mata dan kecerdasan anak di era layar ini. Selain dampaknya bagi kesehatan mata anak, juga disadari dampak terhadap petumbuhan fisik dan perkembangan jiwa anak, dimana perkembangan jiwa anak harus disiasati dengan berusaha mengenal anak lebih dekat dan memperbaiki komunikasi.

Orang tua juga harus dapat membatasi intensitas dan frekuensi anak beraktivitas di depan layar monitor (TV). Orang tua perlu untuk merangsang anak melakukan aktivitas lain seperti bermain dengan teman dan lingkungannya, berolahraga dan beraktivitas kreatif lainnya agar stimulasi untuk perkembangan otak anak semakin lengkap.

Untuk pertumbuhan fisik anak yang optimal terutama stimulasi otak dan mata mereka, orang tua dapat menyiasatinya dengan pemberian nutrisi yang cukup. Perlindungan terhadap bahaya sinar biru harus dilakukan sedini mungkin dengan salah satunya asupan lutein yang terdapat dalam susu.

redaksi@medicastore



Artikel yang Berhubungan:
Pengaruh Negatif dan Aturan Penggunaan Gadget Pada Anak
Gadget Sebagai Jawaban Orang Tua Pada Anak
Barang-barang Teknologi yang Dapat Menyebabkan Kecanduan
Dampak Negatif Dari Kecanduan Teknologi
Stop Tayangan Televisi yang Tidak Mendidik
Ingin Anak Cerdas? Hentikan Membiasakannya Nonto Televisi

Next Prev home