Memahami Dunia Emosi Anak

Banyak peristiwa yang akan menandai masa peralihan buah hati Anda, dari bayi menjadi balita. Agar tidak salah dalam membimbing pertumbuhan emosinya, ikuti beberapa panduan praktis berikut ini.

1. BERJALAN SENDIRI
Biasanya, beberapa bulan menjelang ulang tahunnya yang pertama, bayi Anda akan mulai belajar berjalan tanpa bantuan. Bila dia sudah bisa berjalan, dia akan meninggalkan fase bayi menjadi anak balita. Setelah bisa melangkahkan kakinya tanpa bantuan, dalam beberapa hari atau beberapa minggu kemudian, dia akan tiba-tiba merangkak jika berjalan terburu-buru, lalu berjalan pelan-pelan, merangkak, dan berjalan lagi dengan lebih cepat. Bagi Si Kecil, yang terpenting bisa mencapai tujuan, misalnya meraih mainan yang diinginkannya atau mendapat senyum bangga dari orang tuanya.

Yang perlu dilakukan:
Beri kesempatan padanya untuk belajar mengendalikan diri sendiri. Dapat dikatakan, masa balita dimulai ketika dia bisa mengendalikan tubuhnya dengan benar. Anda bisa perhatikan mata Si Kecil yang memancarkan arti, “Lihat, saya sudah bisa berdiri, Ma!” atau “Saya sudah bisa berjalan, lho!” Tiba-tiba anak Anda terus berjalan tanpa mau berhenti, kecuali Anda memintanya. Si Kecil betul-betul gembira dengan keberhasilannya berjalan, sehingga rasa takutnya hilang dan membuat dia berjalan lebih jauh lagi, hingga lupa di mana dia tadi berada. Awasi, agar Si Kecil tetap berada di bawah pengawasan Anda.

2. PENOLAKAN
Setelah berjalan merupakan hal yang rutin baginya, tiba-tiba buah hati Anda akan merasa memerlukan seseorang yang dia kenal untuk berada di dekatnya, agar tetap merasa aman. Sesaat dia akan berjalan di bawah penglihatan orang yang dia kenal, lalu dia akan menghilang sebentar, dan kembali lagi dengan membawa keberhasilan dari berjalan berputar-putar. Selama masa peralihan yang menyibukkan ini, Anda akan melihat beberapa perkembangan yang berarti pada Si Kecil, baik pada kehidupan sosialnya, maupun emosionalnya.

Kerewelan atau penolakan balita pun akan muncul di fase ini. Ditandai dengan perlawanan yang berlangsung dari keinginan untuk mandiri, namun tetap merasa aman. Itulah sebabnya mengapa anak-anak balita, cenderung rewel, melawan, menangis, atau melakukan tindakan untuk menunjukkan ketidaksetujuannya kepada orang tua. Sementara orang tua kebingunan dan kekhawatiran akan perilaku anak-anaknya.

Yang perlu dilakukan:
Awasi saja dari jauh, ketika Si Kecil ingin bebas. Padahal, di saat berikutnya dia pun tak mau lepas dari Anda. Inti dari perlawanan ini, sebagian besar menjelaskan kerewelan dan penolakan, yang kerap berhubungan dengan bimbingan yang dilakukan orang tua kepada anak balita. Mungkin saja Si Kecil sedang mengajukan pertanyaan, “Memangnya badan ini milik siapa, sih?” Sayangnya, dia belum bisa banyak berkata-kata.

3. KETERBATASAN BAHASA
Keterbatasan bahasa, terutama pada anak-anak yang baru memasuki masa balita, sering menimbulkan rasa frustrasi. Pada saat dia tidak bisa mengutarakan kebutuhan dan keinginannya, dia akan memperlihatkan kejengkelannya. Ada empat hal yang merupakan faktor pendukung dari perselisihan antara orang tua dan anak-anak, yaitu pertentangan mengenai:
1. Apa yang aman dan tidak aman.
2. Apa yang diinginkan anak.
3. Hal-hal negatif yang merupakan pendorong keinginan pribadi.
4. Kejengkelan terhadap larangan yang diberikan orang tua.

Yang harus dilakukan:
Ketika Si Kecil tampak berusaha memaksakan keinginannya, dia juga akan berusaha membuat Anda senang. Jadi, Anda harus bisa memilah, kapan keinginannya pantas diikuti dan kapan tidak. Andalah yang harus memberi pengertian kepadanya.

4. KEBANGGAAN DAN KEKUASAAN
Hal ini merupakan masa-masa yang menyenangkan bagi Si Kecil. Munculnya rasa ingin tahu, menyelidiki, menemukan, dan yang terpenting, merupakan masa di mana dia menikmati kemampuan akan pertumbuhan pribadinya. Dia merasa dapat melakukan berbagai macam hal, baik yang membuat sang Mama tersenyum maupun cemberut. Dia bisa memperlihatkan apa yang diinginkannya dengan berceloteh, sebagai awal penguasaan bahasanya. Bila Anda memberikan respons, terjadilah komunikasi dua arah yang merupakan jalan menuju dunia nyata, dan satu langkah lagi bagi kemampuan berikutnya.

Yang harus dilakukan:
Temani Si Kecil bermain. Perhatikan apa yang dirasakannya dan katakan padanya, Anda mengerti dengan permainannya. Menjadi teman bermain berarti membiarkan dia yang memimpin permainan. Tunjukkan Anda mengikuti aturan bermainnya dan tunjukkan kekaguman Anda akan kreativitasnya. Beri respons terhadap apa yang diungkapkannya, dengan gerakan maupun kata-kata. Misalnya, “Oh, Sayang mau minum jus. Ini, diminum, ya!” Atau coba tarik perhatiannya dengan kata-kata, “Oh kamu mau dipeluk Mama, ya. Mama juga lho, mau peluk kamu!”

5. BERTAMBAH UMUR
Dengan bertambahnya umur, dia akan menggunakan ketrampilan berkomunikasinya dengan teman sebayanya dan dengan guru-gurunya. Di usia ini Si Kecil mulai mengungkapkan apa yang diinginkannya dan apa yang dirasakannya melalui permainan yang ada dalam khayalannya. Seperti bermain boneka, dia akan berbicara dengan bonekanya, seolah-olah memang betul-betul terjadi seperti apa yang dialaminya sehari-hari.

Yang harus dilakukan:
Temani dia, beri perhatian, serta respons. Tunjukkan Anda mengerti dan menikmati permainannya. Dengan sesekali memberi pelukan dan ciuman, berarti Anda mengabulkan permintaannya dan memberi semangat untuk berkomunikasi lebih lanjut, serta memberikan kesan Anda sangat mengerti dirinya.

6. SIAP BERSOSIALISASI
Banyak yang mengatakan, dari usia 18 bulan, penguasaan bahasa seorang anak berkembang secara drastis. Di usia 18 bulan hingga 3 tahun, anak-anak senang memberi nama pada segala sesuatu yang dilihatnya, serta membuat kalimat-kalimat pendek, bahkan kalimat yang lebih kompleks. Sebagian anak mengungkapkan segala sesuatu melalui tindakan, tetapi kebanyakan anak-anak menyukai berbicara. Demikian juga halnya dengan bercerita dan mendengarkan cerita. Si Kecil juga mulai siap menghadapi lingkungannya dengan lebih tenang dan bersosialisasi dengan teman sebayanya di play group.

Yang harus dilakukan:
Dukung usaha si kecil dengan cara mendengarkan dan merespons segala yang diucapkannya. Bersabar dengan segala macam pertanyaan yang diajukannya, karena rasa ingin tahunya yang besar. Penuhi kebutuhannya dengan memberi kata-kata baru melalui buku-buku cerita.



Artikel yang berhubungan:
Dampak Perlakuan Orang Tua Kepada Anak
Tolong Jangan Katakan Hal Ini Pada Anak Anda
Memahami Kelebihan dan Kekurangan Anak
Beberapa Kesalahan yang Kerap Kali Menghancurkan Kepribadian Anak
Awas! Memukul Anak Bisa Bikin Perilakunya Makin Buruk
Menjadikan Anak Taat Kepada Orang Tua Tanpa Menghukum
Tantrum
Tips Menangani Anak Agresif

Next Prev home